BRITAKAN.COM - Merayakan lebaran adalah saat yang paling dinanti-nantikan seluruh umat muslim setiap tahunnya di Indonesia bahkan dunia. Setelah satu bulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, umat muslim merayakan Idul Fitri sebagai Hari Kemenangan. Perayaan Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia biasanya diisi dengan acara Halal Bihalal. Bagaimana sejarah halal bihalal itu ?
Halal Bihalal berasal dari bahasa arab, menurut pakar tafsir Al Quran Quraish Shihab, kata halal diambil dari kata halla atau halala yang bermakna menyelesaikan masalah atau kesulitan, meluruskan benang kusus atau mencairkan kebekuan serta melepaskan ikatan yang membelenggu.
Halal Bihalal ternyata memiliki sejarah tersendiri yang melibatkan sejumlah tokoh nasional termasuk bapak bangsa. Begini kisahnya...
Secara tradisi, halal bihalal sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak jaman kerajaan di Jawa. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara 1 (1757 – 1795 ) menyelenggarakan pertemuan dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana, setelah Idul Fitri. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Namun saat itu belum bernama halal bihalal.
Pada tahun 1948, tepatnya pada pertengahan bulan Ramadhan, seorang ulama bernama KH. Abdul Wahab Hasbullah, yang dikenal sebagai pendiri NU, dipanggil Presiden Sukarno ke Istana Negara. Ia diminta memberikan pendapat dan saran untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang sedang terancam perpecahan akibat pertengkaran para elit politik. Apalagi saat itu juga tengah berkecamuk sejumlah pemberontakan di sejumlah daerah seperti DI/TII dan PKI Madiun.
Oleh karena tradisi halal bihalal dimaknai sebagai bentuk menyambungkan kembali apa yang terputus dan bisa diartikan menyambungkan kembali hubungan antar manusia, maka sangat penting maknanya sehingga dilestarikan. Tidak hanya umat islam, halal bihalal bisa dilangsungkan jika diantara keluarga ada yang berbeda agama dan keyakinan. Sebab dalam interaksi sosial, tanpa melihat keberagaman di masyarakat, pasti bisa terjadi kesalah pahaman, konflik, ketidak-akuran, pertengkaran, dll sehingga perlu untuk diperbaiki agar kedamaian selalu ada dalam kehidupan manusia.
Artikel Terkait
Agar Tidak Boros Saat Hari Raya Idul Fitri Begini 7 Cara Atur Keuangan
Film Horor Sewu Dino Siap Menemani Libur Lebaran Anda
3 Rekomendasi Film Prime Video Yang Bisa Dinikmati Saat Lebaran
Sambut Idul Fitri, Sabyan Gambus Rilis Lagu Lebaran